Pelayaran Menuju Petualangan: Merajut Cerita Kemerdekaan di atas KM Dharma Kartika 7

By Leonardus Gunawan - September 11, 2023

KM Dharma Kartika 7
Upacara bendera bersama seluruh awak kapal KM Dharma Kartika 7 di laut lepas. (Foto: Laurensia Laura)
Indonesian Idea - Angin berdesir dengan lembut, mengibarkan bendera di ujung tiang-tiang tinggi kapal. Lautan yang luas membentang tak berujung di depan mata, memanggil saya untuk melanjutkan perjalanan yang penuh petualangan. Keheningan ditemani hanya oleh suara deburan ombak yang perlahan. Kapal ini adalah tempat awal bagi petualangan besar yang akan membawa saya ke dunia yang belum terjamah, ke tempat-tempat yang belum pernah saya lihat sebelumnya.

Perjalanan ini dimulai dengan menaiki kapal KM Dharma Kartika 7 dari pelabuhan Dwikora Kota Pontianak, Kalimantan Barat, kapal ini akan berlayar menuju kota bersejarah yang biasa dikenal sebagai Port of Java atau Venetia van Java, Kota Semarang. Sebuah petualangan yang dipenuhi dengan misteri laut lepas, rasa kebebasan yang tak terhingga, dan pertemuan dengan budaya yang berbeda di setiap cerita. Di atas kapal, kami adalah keluarga pelaut, bersatu dalam tekad untuk menjelajahi lautan yang sangat luas ini.


Saat mentari terbenam di ufuk barat, kapal ini menjadi panggung pertunjukan alam yang memukau. Warna-warni merah, oranye, dan ungu melukis langit, menciptakan lanskap yang tak terlupakan. Malam tiba, langit berkilau dengan jutaan bintang, dan ombak gusar yang mencekam dengan angin malam yang bertiup begitu kencang menusuk hingga ke tulang. Di bawah langit yang luas ini, kami merasakan keajaiban dunia yang kami telusuri. Ketika hari berganti pagi pun tiba, indahnya cakrawala, burung-burung di udara, mentari yang mulai menghangatkan dari ufuk timur, begitu terlukis indah mendekap jiwa, menyentuh saya untuk mensyukuri anugerahNya.


Namun, perjalanan ini tidak hanya tentang keindahan alam, tetapi juga tentang hubungan antar manusia. Di atas kapal, kami berbagi cerita dan pengalaman, mengenal satu sama lain dengan lebih mendalam, dan menghargai keragaman yang ada dalam setiap pribadi kami. Setiap harinya adalah tantangan baru, tapi juga peluang baru untuk terus tumbuh dan belajar.


Kapal ini adalah rumah kami di atas laut, penjelajah ruang terbuka yang membawa kami ke tempat-tempat yang tak terjangkau oleh daratan. Dalam setiap embun pagi dan matahari terbit yang menghangatkan, kami merasa hidup dan beruntung bisa menjadi bagian dari petualangan ini. Di atas kapal, perjalanan kami dimulai dengan semangat, dan kita akan melihat apa yang menanti di ujung cakrawala.


Inilah kisah awal dari perjalanan saya di atas kapal. Ayo bersiap-siap untuk mengeksplorasi lautan luas yang menantang, karena dunia ini penuh dengan kejutan dan petualangan yang menunggu untuk ditemukan di balik cakrawala yang terbuka.

Tidak hanya sampai disana, momentum pelayaran saya begitu hangat, seiring juga dengan momentum hari raya kemerdekaan Republik Indonesia, ini adalah kesempatan yang luar biasa dan pengalaman pertama bagi saya.

KM Dharma Kartika 7
Perwakilan  pengibar bendera merah putih saat penyambutan HUT RI (Foto: Laurensia Laura)

Menyambut hari kemerdekaan merupakan suatu hal yang dapat begitu mendebarkan. Mulai dari keseruannya, berbagi cerita tawa, dan segala pengalaman yang terjadi yang kami bagikan satu sama lain sebagai penumpang di atas kapal ini.Hal yang paling ditunggu dan juga dirindukan sudah pasti segala perlombaan rakyat yang begitu hangat untuk kita rayakan. Mulai dari makan kerupuk, balap karung, balap kelereng, panjat pinang, dan segala rentetan perlombaan yang tentunya sangat berkesan dalam pikiran.


Tatkala tujuh belas an tiba. Begitu pula dengan segala kemeriahan yang berdendang melalui musik dan lagu-lagu legendaris Indonesia dari berbagai genre, dan musik koplo merupakan salah satu yang menjadi favoritnya. Musik menjadi khas budaya kita bersama, hal ini juga yang membuat negara Indonesia terus dikenal dengan pelbagai nila-nilainya.


Tapi, bukan itu saja yang menjadi sorotan utama dalam menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia. Memorial pengibaran sang saka Merah Putih adalah sentral dari hari tujuh belas yang ditunggu tunggu setiap tahun-nya.


Kita mengenang segala keberanian dan kesucian yang tercermin dalam merah dan putih pada bendera Indonesia, dengan sejarah yang sangat panjang dalam perjuangan yang tidak bukan untuk meraih kemerdekaan secara utuh dan nyata untuk generasi penerus yang akan datang. Perjuangan pahlawan bangsa yang telah gugur mendahului kita namun harum namanya hingga kini detik ini.


Pahlawan kita yang telah bertaruh sekuat tenaga sepenuh hati menjadi martir untuk bangsanya sendiri, demi kebebasan kita anak cucunya dari penjajahan, untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih layak dan sejahtera.


Perayaan kemerdekaan 17 Agustus biasanya selalu digelar di Istana Negara Republik Indonesia, di Kantor Gubernur, Lembaga-lembaga pendidikan, kantor-kantor, rumah ibadat, dan di lingkungan masyarakat. Akan tetapi, kami merayakan hari kemerdekaan di atas kapal.

Dibalut dengan haru, karena kami juga bertarung menahan deburan ombak dan desiran angin yang begitu kencang. Dengan atribut seadanya kami menjalankan prosesi upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih yang dipimpin oleh Komandan awak kapal. Dari perairan Nusantara berkumandanglah alunan kemerdekaan “Indonesia Raya” kami lantunkan dari teras kapal, Bendera Merah Putih pun berkibar diatas tiang putih berukuran panjang kurang lebih lima meter adanya.


Kami begitu khidmat dengan penuh haru ketika lagu kemerdekaan dan bendera dikibarkan, sampai-sampai saya meneteskan air mata penuh haru seraya mengucap syukur untuk hari tujuh belas yang begitu bermakna di hati ini. Upacara pun berakhir dengan penuh kebahagiaan, kami saling bersalaman, berpelukan, saling mengucapkan kata “Selamat”, dan berfoto bersama mengabadikan momen sakral ini.


Tak hanya berakhir di sini, kami pun melanjutkan kemeriahan kemerdekaan yang sederhana dari atas kapal ini dengan karokean bersama di ruang geladak utama, dari pihak KM Dharma Kartika memfasilitasi orgen tunggal beserta penyanyi nya khusus untuk menghibur penumpang. Kemudian diadakan juga perlombaan sederhana seperti lomba panco, memasukan benang ke dalam jarum, dan lomba mewarnai.


Dengan keadaan yang terbatas, dihantam gelombang dan angin yang semakin kencang pula di lautan lepas laut jawa ini kami saling menguatkan dan menghibur satu sama lain mengisi waktu sembari mengalihkan rasa takut, gelisah, bosan, dan mengalihkan rasa mabuk atas gelombang kuat yang menghantam awak kapal. 


Pada malam harinya, kapal kami dihantam oleh badai lautan. Angin semakin bertiup kencang begitu menusuk dinginnya. Saya pun menggigil luar biasa padahal sudah memakai atribut pakaian yang memadai menangkal cuaca dingin. Kepala mulai pusing karena kapal begitu kuatnya terguncang. Beberapa penumpang mulai tumbang satu persatu, saya pun mulai ketakutan dan menangis, sembari berusaha menguatkan diri.


Saya hanya bisa berdoa dengan pengharapan penuh agar kami dilindungi dan dikuatkan. Kami yang masih bertahan dan terjaga pun saling menguatkan sambil bercerita satu sama lain, ada yang bermain musik dan bernyanyi, ada yang bermain, ada pula yang mampu untuk tertidur.


Pengalaman pertama bagi saya bertaruh bersama ombak, badai, dan angin kencang, selama berhari hari dari atas kapal dan luasnya lautan lepas nan dalam. Tempat beristirahat yang seadanya, makanan seadanya, hiburan seadanya, segala-galanya yang terbatas dihadapi berhari-hari. Membuat saya belajar untuk tunduk kebawah dan bersyukur bahwa masih ada kenikmatan dalam hidup yang patut saya syukuri. Kebersamaan ini, canda tawa, bahkan tangis, menjadi teman seperjalanan. Membawa saya keluar dari zona nyaman dan berani untuk bergerak melangkah serta bertumbuh dan mengakar.

KM Dharma Kartika
Kibaran bendera merah putih saat selesai upacara bendera. (Foto: Laurensia Laura)

Pada akhirnya kapal kami pun berlabuh setelah kami melewati badai, melewati perjalanan panjang, dan banyaknya cerita. Tidak menyangka bahwa daratan Kota Semarang sudah terlihat dari jangkauan kapal ini, rasa syukur begitu mendalam saya panjatkan, mengingat bahwa kami yang melewati perjalanan ini, bisa sampai dengan selamat berkat penyertaanNya. Akhirnya awak Kapal KM Dharma Kartika 7 keberangkatan dari Kota Pontianak berlabuh di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang tepat pada 18 Agustus 2023 sekitar pukul 7 pagi waktu indonesia barat.


Katanya kita harus melangkah menuju pada pilihan yang “menakutkan” itu, agar diri kita dapat bertumbuh. Sama seperti kapal yang berlayar, ia menjadi kuat karena ia mampu berlayar melewati segala badai. Saya berharap kita semua, sebagai generasi muda penerus bangsa selalu memiliki keberanian untuk bertumbuh dan menjadi kuat sekalipun berada dalam badai yang bergelora.


Berani untuk melangkah, mencintai tanah air, dimulai dari diri sendiri dengan berbagai cara dan kreativitas yang ada dalam diri masing-masing. Karena bangsa tanpa rakyat, bukan apa-apa, bangsa adalah diri kita semua, dan kita adalah wajah bangsa.


“Laut yang tenang tidak akan pernah melahirkan pelaut yang handal.” - Franklin D Roosevelt.


Penulis: Laurensia Laura

Penyunting: Leonardus Gunawan


Hak cipta oleh kardilot.com. Jika mengambil, menyadur, dan menyunting seluruh karya yang ada pada website ini, harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.


  • Share:

You Might Also Like

5 comments

  1. Wouw mantapp. Maju terus Laura

    BalasHapus
  2. Karena Laut adalah sejarah awal kehidupan maka laut mampu mendidik kita

    BalasHapus
  3. Tulisan luar biasa, sampai-sampai saya ikut berimajinasi karena terbawa suasana atas kapal yg diceritakan

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir untuk membaca dan memberikan pesan, semoga bermanfaat, salam